Masyarakat kita “menyimpan” banyak pandangan tentang pernikahan. Tak jadi masalah jika pandangan tersebut memberi nilai positif terhadap pernikahan. Namun bisa jadi setelah mengetahui tentang pandangan tertentu, Anda jadi enggan berpikir tentang pernikahan. Hati-hati, tidak semua gagasan yang Anda dengar benar. Bisa jadi hanya sebuah mitos yang tidak terbukti.
Agar tak terjebak mitos pernikahan. Lebih baik ketahui dahulu kebenarannya…
Hanya laki-laki yang diuntungkan dalam pernikahan
Tidak benar. Pernikahan adalah persetujuan antara dua pihak. Jadi manfaat pernikahan, sesungguhnya harus dirasakan oleh perempuan dan laki-laki. Hasil sebuah penelitian tentang manfaat pernikahan di Amerika menemukan bahwa perempuan yang menikah cenderung menemukan rasa aman secara finansial, sedangkan lelaki yang menikah memiliki usia harapan hidup yang lebih panjang, dibandingkan dengan individu yang tidak menikah.
Anak membawa kebahagiaan dan membuat pasangan semakin saling mencintai.
Pasangan yang menikah, cenderung ingin memiliki anak. Namun tanpa kehadiran anak, pasangan suami istri mestinya tetap dapat saling mencintai. Para pakar psikologis menyatakan bahwa kehadiran anak dapat menimbulkan efek kebahagiaan sekaligus tekanan pada setiap pasangan.
Pasangan sebaiknya memiliki kesamaan pemikiran, kebiasaan dan pandangan sebelum menikah
Tidak benar. Perempuan dan laki-laki memiliki perbedaan yang nyata secara fisik. Perbedaan ini juga dialami secara psikologis, bahkan mungkin latar belakang sosial. Pernikahan sangat diharapkan dapat menyeleraskan perbedaan untuk mencapai sebuah tujuan. Perbedaan antarpasangan, justru merupakan peluang untuk saling memahami, bekerjasama, saling menghormati dan saling mendukung.
Pertengkaran adalah tanda buruk
Tidak benar. Perbedaan pendapat adalah hal yang wajar dan menunjukkan sebuah kondisi pernikahan yang dinamis. Pertengkaran yang terjadi sebagai upaya mencari solusi sebuah perbedaan, bukanlah hal yang harus dihindari.
Menikah berarti memiliki teman kencan seumur hidup
Tidak selalu benar. Ini bukanlah satu-satunya alasan untuk menikah. Tapi paling tidak setelah menikah, Anda tahu pasti akan menghabiskan waktu bersama seseorang yang Anda cintai. Suami atau istri tak hanya siap menjadi teman setia. Tapi juga sahabat saat Anda menghadapi suka dan duka.
Kunci kebahagiaan pernikahan adalah romantismeSelain cinta, kebanyakan pasangan menganggap komitmen sebagai perekat pernikahan. Romantisme dapat diwujudkan dengan cara yang sederhana, seperti; berbagai cerita setelah pulang kantor, saling dukung.
Menikah = Menjadi dewasa
Sebuah kalimat bijak mengatakan bahwa “Seorang pria bisa dikatakan dewasa saat berani memutuskan untuk menikah”. Menikah memang tidak bisa langsung mendewasakan Anda. Tetapi proses penyesuaian dalam pernikahan menuntut tindakan bertanggung jawab bahkan untuk hal yang paling kecil sekalipun. Kemampuan bertanggung jawab merupakan indikator kedewasaan seseorang.
0 komentar:
Posting Komentar