lidahku ialah pena seorang jurutulis yang mahir
(Mazmur 45:2)
Dalam pengantar buku Menjadi Penulis, Andar Ismail menegaskan
pentingnya isi tulisan. Ia mengatakan, "Menulis bukanlah sekadar
merangkaikan kata, melainkan menuliskan hikmat yang mencerahkan dan
menumbuhkan pembaca. Sepandai-pandainya kita menuangkan, yang lebih
menentukan adalah apa yang dituangkan. Apa gunanya menuang sebuah
botol jika isinya adalah air keruh? Atau, apa yang mau dituang dari
sebuah botol apabila botol itu masih kosong?"
Pengakuan pemazmur menunjukkan proses serupa. Mazmur-mazmurnya
tertuang dari perkara-perkara yang memenuhi hatinya. Ungkapan
"kata-kata indah", menurut konkordansi Alkitab, mengacu pada
perkara-perkara yang baik, mulia, luhur, dan benar. Ketika hal itu
meluap-luap memenuhi hatinya, ia pun tergerak untuk menggubah sajak.
Ia menulis tentang sosok yang sungguh-sungguh luhur dan mulia:
nubuatan tentang Raja yang akan datang, Tuhan Yesus Kristus, dan
jemaat-Nya yang berkemenangan.
Kehidupan kita, seperti halnya tulisan yang jujur, menyatakan apa
yang ada di dalam hati kita. Kita akan menjalani kehidupan yang baik
jika perbendaharaan hati kita meluap-luap dengan perkara-perkara yang
baik. Paulus menasihatkan agar kita memenuhi hati dan pikiran kita
dengan "semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua
yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang
disebut kebajikan dan patut dipuji" (Filipi 4:8). Hal itu akan
menggerakkan kita untuk menuliskan sajak kehidupan yang indah,
kehidupan yang mengungkapkan kasih dan ketaatan kita kepada Raja
segala raja
KEINDAHAN HATI AKAN MEMANCAR
DALAM KEINDAHAN HIDUP
0 komentar:
Posting Komentar