Wingka ialah pecahan genting, sedangkan kencana berarti emas.
Meskipun sejatinya hanya pecahan genting, ia dianggap sebagai
sebungkah kencana, emas yang amat berharga. Begitulah cara pandang
orang Jawa terhadap sosok anak. Mereka menggunakan istilah kencana
wingka untuk menggambarkan kasih sayang orangtua kepada anak mereka.
Sejelek-jeleknya, sebodoh-bodohnya, atau senakal-nakalnya si anak,
orangtua akan tetap mengasihi dan menyayanginya, bahkan jika perlu
membela kelemahannya itu.
Pandangan ini mengandung kebaikan selama kita menerapkannya secara
wajar. Sayangnya, orang cenderung bersikap berlebihan. Di satu sisi,
sebagian orangtua menganggap anak sebagai kencana yang tidak boleh
dicolek sedikit pun: dimanjakan, dituruti semua permintaan dan
kemauannya, dibiarkan saja ketika melakukan pelanggaran atau tidak
taat. Di sisi lain, ada orangtua yang memperlakukan anak sebagai
"wingka", merendahkan dan menginjak-injaknya, seperti yang terungkap
dalam berbagai kasus kekerasan di dalam rumah tangga.
Alkitab menyetujui pandangan bahwa anak itu kencana. Ya, anak adalah
karunia Tuhan yang sangat berharga. Ia pun diciptakan menurut rupa
dan gambar Allah. Namun, anak kita juga mengandung wingka, tabiat
dosa yang mencemari semua manusia. Jadi, kita sepatutnya mengasihi
dan menghargai anak tanpa mengabaikan kecenderungan berdosa yang
membuatnya suka melawan. Untuk itu, kita tidak boleh melalaikan
pendidikan dan pendisiplinan anak, yang akan membentuknya menjadi
"anak panah di tangan pahlawan", memenuhi panggilan Tuhan bagi
hidupnya
KASIH BUKAN HANYA DIUNGKAPKAN MELALUI PELUKAN
NAMUN JUGA MELALUI TEGURAN DAN DIDIKAN
0 komentar:
Posting Komentar