Selamat Jalan Ayah 1

Dalam bulan-bulan sebelumnya kondisi ayah memang sangat memprihatinkan karena menderita penyakit jantung. Ayah sudah dua kali masuk rumah sakit sejak dari tahun 2007 silam dan disetiap ia di Opname kondisinya sangat kritis. Tapi di hari-hari menjelang dia pergi kondisi kesehatannya lumayan membaik. Bahkan badannya terlihat mulai gemuk.
Tapi kehendak Tuhan tidak bisa di tolak, dimana tepatnya tanggal 02 April 2008 jam 08.30 sang ayah yang penuh jiwa keteladanan telah pergi untuk selama-lamanya.
Riwayat Hidup sang Ayah
Nama : Martinus Mangape
Tempat / Tanggal lahir : Malimbong,
Agama : Kristen Protestan (Gereja Toraja)
Hobby : Ma'badong dan minum tuak
Nama keluarga yang di tinggalkan
  • Maria Liku (Istri)
  • Peri Mangape (anak I)
  • Yuslia Kadang ( anak I)
  • Dina Bua' Mangape ( anak II)
  • Adolfina Mangape (anak III)
  • Marthen Toding Mangape (anak IV)
  • Jeni Mangape (anak V)
  • Yuspina Mangape (anak VI)
  • Moses Mangape (anak VII)
  • Yuslia Mangape (anak VIII)
  • Maxtrio Tonapa (anak X)
  • Medi (cucu)
  • Gibran (cucu)
  • Yudita (cucu)
  • Londong (cucu)
  • Hizkia (cucu)
  • Sandi (cucu)
  • Yessi (cucu)
  • Elsa (cucu)
  • Dion (cucu)

Sepanjang perjalanan hidup sang ayah selalu di idolakan oleh keluarga, kerabat, warga masyarakat oleh karena kepribadiannya yang :

  1. Berwibawa : Meskipun ayah bukanlah seorang perwira tapi sifat kewibawaannya tidak kala dengan seorang jendral, tidak heran jika pergi ke suatu acara dia selalu di sangka orang lain perwira tinggi. Kewibawaan yang dia bawakan bukanlah kewibawaan seorang yang mempunyai jabatan, kekuasaan atau kekuatan tetapi kesetiaannya dan perhatiannya pada hal yang benar.
  2. Berkepribadian : Ayah hanyal seorang rakyat biasa yang hidup penuh kesederhanaan. Namun dengan hidupnya yang sederhana dijadikan cermin oleh orang-orang yang dekat dengannya bahkan bagi orang yang pernah mengenalnya menilai sebagi orang yang mempunyai nilai kepribadian dan prinsip hidup yang sangat tangguh dan ketenangan jiwanya dalam membela nilai-nilai yang baik.
  3. Penyabar : Meskipun banyak hal yang merong-rong hidup dia sangat sabar didalam memperbaiki dan menyulam setiap sela dan kesalahan-kesalahan yang terjadi.
  4. Beriman (seharusnya di urutan pertama ) : terbukti ketika menjelang hari-hari terkhir hidupnya dia sangat takut dan taan kepada Tuhan. Dia rajin ke gereja bahkan di hari terakhir dia masih sempat mengajak seorang majelis gereja (bukan dia yang diajak) pergi kebaktian.
  5. Kasih Sayang : Dibalik sikapnya yang tegas terdapat sebuah ajaran kasih sayang yang kental.
  6. Romantis : Lewat candanya, hobbinya menanam bunga dan mendengar lagu-lagu kesukaannya, sifat yang selalu membuat kejutan terhadap keluarganya, kan jadi bukti kuat bahwa ternyata ayah seorang yang sangat romantis.

Kenangan pribadi bersama ayah :

  1. Waktu saya kelas 6 SD, ketika itu sudah 1 bulan lebih tidak masuk sekolah dan tidak mau lagi sekolah. Oleh karena tekatnya untuk menyekolahkan anaknya sangat tinggi maka saya di paksa dan diantar sampai di depan kelas. Seandainya ayah bermasah bodoh dan tidak bertanggung jawab saat itu, mungkin saja saya tidak seperti ini.
  2. Mengingat masa kecilku yang mempunyai sifat kewanitaan, ayah membimbing, mengajar aku bagaimana menjadi seorang laki-laki sejati. Meskipun bimbingan yang diberikan kepadaku saat itu tidak kupahami, namun kini aku memahaminya ternyata ayah bisa mengambil satu cara yang ampu untuk merubah sifatku..
  3. Setiap aku pulang ke Toraja saya selalu mencukupkan kebutuhanku termasuk menyiapkan oleh-oleh yang akan kubawa pulang nantinya. Dan ketika pulang dia tidak merasa capek mengantar aku ke terminal Bus.
  4. Dia mencukupi segala kebutuhanku di perantauan
  5. Dia mendoakan aku setiap saat.

Tangis Pilu terjadi

Tanggal 2 April 2008 ayah pergi untuk selama-lamanya. Sebelum ayah meninggal, sekitar jam 19.00 wita, ibu menelpon aku dan di sela-sela percakapan saya dengan ibu ketika saya menanyakan : "kapan Tatok (nama adik angkatku) menikah ?" saat itu dengan jelas saya dengar suara ayah berkata "tanggal 7 april 2008" bukan ibu yang menjawab pertanyaanku, kemudian sebelum telepon saya akhiri, kembali saya menanyakan kabar ayah, dan dengan telingaku sendiri aku mendengar lewat telepon suara ayah berkata "ayah sehat cuma perlu uang untuk beli obat". Satu jam kemudian ketika saya sedang ada rapat di rumah Pak RT ada bunyi HP dan aku lihat No HP Mamak Acok. Spontan saya angkat dan dia berkata "Dek...sa'bara' bangmoko le.... male mo tu ambe'mu". Buru-buru saya pamit sama peserta rapat dan pulang ke rumah. Dalam perjalanan saya mencoba menahan perasaan sedih di hatiku. Sesampai di rumah saya langsung menangis dan menceritakan apa yang terjadi kepada istriku.

Kepergian Ayah dan pengharapan

Dengan kepergian ayah, seolah saya sangat kehilangan hal yang paling berharga dalam hidup aku. Namun dengan pengharapan yang kuat bahwa kepergian Ayah adalah kehendak Tuhan serta peistiwa demikian semua manusia kan menjalaninya.

Selamat jalan, Ayah.

Dedikasi serta perjuanganmu akan kami kenang.

Tersenyumlah dalam dekapan kasih sayang sayang Sang Bapa.

Semoga Tuhan, telah menetapkan sebuah taman yang indah untukmu,

mengampuni segala dosa dan kesalahanmu.

Semoga Tuhan menempatkan Ayah di sisiNya

Selamat jalan ayah....

Doa kami menyertaimu...!!!

ARTKEL TERKAIT



1 komentar:

Pongky Toding mengatakan...

terkenang ayah kembali

Template by - PongkyToding